kisah ma'Inem


Mungkin wajahnya tak secantik dulu,kerutan-kerutan di wajahnya telah nampak jelas,tubuh nya pun tidak lagi tegap,kakinya penuh dengan parises.


Malam ini perut ku terasa lapar sekali, aku beranjak pergi untuk mencari warung makan yang ada di RT sebelah,
Warung indomie rebus ma'inem tujuan ku,ini warung langganan ku dikala malam hari perut ku minta di isi.
"Indomie rebus Ma’ satu pakai telurnya yang matang ya..."
"iya gue tau.." jawab ma’Inem dengan dialeg betawi
padahal ma’Inem sendiri dari daerah Cirebon maklum beliau lama merantau ke Jakarta entah sudah berapa tahun aku tidak tau .
"jangan pakai lama Ma’… sekali lagi aku menggoda ma’Inem,
"hmm…. Dasar… "balas ma’Inem.
Aku duduk di bangku dengan santai sambil menunggu pesanan ku jadi,aku terpaku melihat ma’Inem dan teringat akan masa lalunya dulu.
Masa lalu yang membahagiakan dan juga membuat aku terharu,ma’Inem dulu tinggal di seberang jalan rel kereta api.

Semenjak ada penggusuran rumah oleh pemerintah daerah dia pindah sekarang ga jauh dari rumah ku
Ma'Inem dan pak Kartim,beliau hidup dengan empat orang anaknya salah satu di antaranya sepermainan aku.
Memang dari dulu ma'Iyem terkenal penjual Indomie matang dan pak kartim penarik becak di pasar.
Pernah suatu hari terjadi kebakaran di wilayahnya,untung rumah aku berada di sebrang jalan rel kereta api..!
Habislah semuanya apa yang telah di kumpulkan oleh ma'Inem dan pak Kartim,memang beliau berdua bisa di kategorikan orang yang cukup rajin dan ulet tak pernah mengeluh tentang beban apa yang di pikulnya.
selepas kejadian itu ma'Inem berjualan lontong dan goreng-gorenggan cukup banyak pelanggan nya dari tukang becak hingga para pemain bola yang setiap sore hari berlatih di lapangan yang ada ga jauh dari rumahnya.
Hingga terkumpulah beberapa rupiah untuk mereka membangun rumahnya kembali dan membuka usahanya yang baru,beliau membuka warung serba ada dari menjual rokok hingga jual minuman dingin.
Dengan modal seadanya dan keuletan yang tinggi mereka coba tuk bangkit,hingga akhirnya mereka bisa memperbesar usahanya,betapa bahagianya mereka senyumnya merekah melihat apa yang telah di hasilkannya kini mereka bisa menyekolah kan anak-anaknya kembali kejenjang berikutnya.
Tapi apa yang terjadi sebelum mereka banyak menikmati apa yang telah diperoleh mereka,Api kembali membakar rumahnya,warungnya dan kebahagiaanya, kali ini cukup dahsyat,kejadiannya di malam hari,hingga mereka tak sempat lagi menyelamatkan harta benda milik mereka hanya pakaian,sedikit dagangan dan beberapa rupiah saja yang bisa diselamatkan mereka,maklum lah mereka tidak mengerti prosedur bagai mana menjadi nasabah bank hingga mereka menyimpan semua hartanya di rumah
selesai kejadian itu mereka membersihkan puing-puing sisa rumah nya dengan sebuah harapan adakah yang tersisa (tidak ikut terbakar),beberapa hari di laluinya dengan rasa bingung mereka coba tuk bersabar.
Tapi..mereka lebih bingung lagi ketika mendengar bahwa pemerintah melarang membangun kembali wilayah dan rumah mereka,maklum tanah yang di tempati penduduk disitu adalah milik salah satu perusahaan BUMN,dengan alasan bahwa lahan tersebut akan di pergunakan oleh perusahaan tersebut.
Apalah daya "sudah nasib di rundung badan" mungkin inilah pepatah lama yang pas untuk mereka pada waktu itu,dengan sisa uang yg ada ditambah uang kerohiman dari pemerintah yang mungkin tidak seberapa mereka mengontrak rumah di daerah tempat aku tinggal,ma'Inem memulai kembali aktivitasnya dengan berjualan lontong dan pak Cartim kembali menarik becak beruntung becak miliknya tidak ikut terbakar.
Hari demi hari ,bulan demi bulan mereka lalui dengan aktivitasnya hingga sampai tahun ketiga mereka bisa membangun warung yang jarak nya kira-kira enam meter dari rel kereta api,ma'Inem tidak lagi keliling menjajakan dagangan nya dia beralih berdagang indomie rebus,dan pak Kartim sendiri sekarang hanya membantu ma'Inem,tidak lagi mengayuh becak semenjak pemerintah melarang becak beroperasi di jakarta.
walau begitu nasib mereka,mereka tak pernah mengeluh,mereka coba mensyukuri apa yang telah di dapat kan mereka.

ma'...ma' mana mie ku sambil ak sedikit ter tawa kecil melihat dia tertidur di depan kompornya
eeeeh nih tar gue angkat dulu.ma'inem tersentak kaget

Ma'Inem kini tubuh mu semakin renta sudah terlihat wajah keriputmu kapan kah engkau menikmati hari tua mu...

0 komentar:

Posting Komentar